Buku ini membandingkan dua cara hidup: memiliki kekayaan material atau menjadi manusia autentik.
Buku ini mengeksplorasi hubungan antara psikoanalisis dan revolusi, menganalisis bagaimana teori psikologis dapat membantu memahami dinamika sosial dan politik dalam perubahan besar masyarakat.
Plato merekam pembelaan Socrates dalam pengadilannya, menampilkan argumen tentang kebenaran, kebajikan, dan keadilan yang menyoroti keteguhan filsuf dalam menghadapi hukuman mati.
Imam Al-Ghazali membahas prinsip logika dan etika dalam Islam, menekankan pentingnya berpikir lurus, memahami kebenaran, serta menyeimbangkan akal dan spiritualitas.
Quentin Meillassoux menantang gagasan keterhinggaan, membahas hubungan antara keniscayaan dan kontinjensi dalam filsafat modern, serta implikasinya terhadap realitas, keberadaan, dan pengetahuan manusia.
Umberto Eco mengeksplorasi batas interpretasi dan overinterpretasi dalam memahami teks, membahas bagaimana makna terbentuk melalui konteks, pembaca, serta batas penafsiran yang sah.
Derrida mengkritik konsep negara modern sebagai entitas predator, membahas kekuasaan, hukum, dan keadilan dalam dinamika politik yang sering menindas rakyatnya sendiri.
Buku ini mengupas konsep Dionysian dalam pemikiran Nietzsche, menyoroti kekuatan insting manusia, seni, dan kebebasan sebagai pendorong utama eksistensi dan kehidupan manusia.
Buku ini menyajikan pandangan mendalam tentang pembelajaran hidup, menekankan pentingnya nilai, refleksi diri, dan pengembangan moral dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.
Jung menjelaskan bagaimana simbol-simbol, sebagai bagian dari alam bawah sadar, mempengaruhi pikiran dan tindakan manusia, serta peran mereka dalam proses individuasi dan pemahaman diri.
Derrida membahas keterkaitan antara pemikiran Lyotard, Lacan, dan Hegel, serta bagaimana mereka berinteraksi dan memengaruhi pandangan kita terhadap bahasa, subjek, dan makna dalam filsafat.
Kristeva mengkaji konsep horor dan rasa takut dalam konteks psikologis, menjelajahi asal-usulnya dalam ketakutan manusia dan bagaimana ia membentuk pengalaman dan budaya kita.
Buku ini mengeksplorasi konsep waktu dalam konteks postmodern, menyelidiki bagaimana ketidakmanusiawian dan perubahan sosial mempengaruhi pemahaman kita tentang waktu dan eksistensi.
Buku ini membahas pemikiran Ibnu Miskawaih, seorang filsuf Islam terkemuka, terutama dalam etika, moralitas, dan filsafat kehidupan yang masih relevan hingga kini.
Kompilasi ajaran dan ucapan Konfusius tentang moralitas, etika, pemerintahan, serta kebajikan dalam kehidupan pribadi dan sosial, yang tetap relevan hingga kini.
Menganalisis konsep arketipe ibu dalam mitologi, agama, dan psikologi berdasarkan pemikiran Jungian, mengungkap peran simbolik keibuan dalam perkembangan psikis dan budaya manusia.
Dalam senja yang penuh perenungan, Adam menghadapi perjalanan batinnya, merenungi makna kehidupan, waktu, dan eksistensi dalam kisah simbolis khas Calvino yang magis.